Monday, 28 September 2009

back to my musing : masalah dan dusta putih

Haii guys.. gimana liburannya?? Rabu besok udah masuk sekolah lagi ajja ye.. cepet bangedd ahh!!

Oia disini gue mau sharing tentang yang namanya dusta putih dan masalah hidup. Here it is...

Bagaimana mungkin engkau dapat meraih kebaikan jika jalan-jalan yang kau gunakan untuk meraihnya tidaklah baik.
–Kahlil Gibran—

Thats the great opening words from Kahlil Gibran.
Gue selalu kagum sama orang-orang yang punya dedikasi tinggi seperti Pak Mario Teguh dan Kahlil Gibran. Gue kagum. Dan terlebih lagi quotes ini seperti menampar gue.

Kita terpesona oleh seseorang, bukan karena ia mampu melakukan yang tidak mampu kita lakukan, tertapi karena dia bersedia melakukan yang tidak kita lakukan.
--Mario Teguh--




Benar sekali, kita semua ini adalah bintang yang dalam proses menjadi. Dekatkanlah diri kita pada kebaikan, jangan sampai sinar kebintangan kita terhalang oleh awan kelam yang membuat keberadaan kita ada tapi mendapatkan perlakuan yang salah, seperti emas yang dikira kuningan.

Lalu apakah yang menyebabkan kita mendapatkan salah perlakuan?
DUSTA dan jalan-jalan salah yang terbukti bukan jalan adalah salah satunya.

Ketahuilah ini, Jalan-jalan kebaikan adalah jalan Tuhan, sehingga orang-orang yang berjalan di jalan kebaikan sebetulnya berjalan bersama Tuhan. Maka serahkanlah diri anda untuk berjalan dalam kebaikan, lalu perhatikan apa yang terjadi.
Dari sekian banyak hal yang gue alami dan dari banyak nasihat ini, TAK ADA BERBOHONG DEMI KEBAIKAN. Mereka yang telah berdusta itu mengatasnamakan kebaikan untuk melakukan perbuatan mungkar. Lalu jika memang menurutmu ada DUSTA PUTIH, apakah engkau juga beranggapan bahwa Tuhan Pun melakukan dusta kepadamu dengan mengatasnamakan kebaikan?



Tidakkah engkau berpikir ketika melakukan sebuah kebohongan engkau akan melakukan sebuah kebohongan yang lebih besar lagi untuk menutupinya? Hingga engkau akan terjerumus dalam kondisi terburuk akibat dari dusta kecil yang engkau buat. Bahkan engkau pun mengatasnamakan kebaikan yang merupakan jalan Tuhan untuk memuliakan kita.
Tetaplah kebaikan itu kan menunjukkan jalannya. Tak ada salahnya kita jujur walaupun itu menyakitkan. Justru mungkin akan lebih melukai lagi jika kita tlah berdusta.




Ketahuilah bahwa setiap kita pasti akan diuji kelayakannya untuk berada disisi-Nya melalui cobaan hidup. Dan jangan engkau nodai hal itu dengan setitik dusta putihmu.

Hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi (unexamined life is not worth living).
--Socrates--

Hanya ada satu tempat di dunia ini dimana manusia terbebas dari segala ujian hidup, yakni kuburan. Berarti, tanda bahwa manusia tersebut masih hidup adalah ketika dia mengalami ujian hidup, kegagalan dan penderitaan. Dan kebanyakan dari kita melihat ujian hidup dengan melihat buruknya. Mereka terlalu takut untuk melihat dari sisi baiknya. Lebih berani lah untuk melihat dari sisi baiknya. Semua cobaan itu ada bertujuan agar kita sampai untuk dimuliakan-Nya. Pahamilah bahwa ujian hidup itu merupakan berkah bagi kita untuk memulai kehidupan yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Mereka harus meniti anak-anak tangga untuk menuju kesuksesan. Jika ia terjatuh pada satu anak tangga, maka sadarlah bahwa sesungguhnya ia sedang menyambut kemenangan dan kelapangan.

Kalau begitu, syukuri halangan, berekasi baiklah, karena semua itu ditujukan agar anda sampai.

Maka, bukalah pintu-pintu kemenangan dan kelapangan tersebut dengan kunci-kunci yang tepat, agar engkau termasuk orang-orang yang beruntung.
Tahukah engkau bagaimana perak harus dimurnikan sebanyak tujuh kali. Perak yang masih kotor harus dipanaskan dan dilelehkan, karena perak berberat jenis cukup besar, maka ketika dipanaskan dia akan turun dan kotorannya akan naik. Saat itulah kotoran-kotoran yang sudah naik tersebut disaring dan dibersihkan. Setelah mengalami pembersihan tahap pertama, maka kembali perak itu dicairkan untuk tahap kedua kalinya lalu disaring kembali. Hal ini harus dilakukan berulang kali untuk mencapai tingkat kemurnian yang diharapkan. Setelah tujuh kali, barulah perak itu murni, tinggal menyisihkan kotoran-kotoran yang halusnya saja.
Alhasil, setelah melalui berkali-kali proses pembersihan, perak itu begitu cemerlang bagaikan cermin. Padahal, ketika masih kotor, betapa sulitnya untuk bercermin pada perak tersebut. Namun setelah tujuh kali dipanaskan, orang baru dapat melihat wajahnya sendiri pada perak tersebut. Dari sini kita dapat ambil hikmah, bahwa ketika ‘kotoran hidup’ (karakter, watak dan kebiasaan negatif sulit lekang sekalipun sudah berkali-kali berusaha untuk meninggalkannya), maka kita tampaknya perlu masuk dapur api pengujian hidup agar dapat menemukan kembali makna hidup itu sendiri dan dapat kembali suci kembali ke jalan-Nya.

“Sesungguhya bersama kesulitan tersimpan kemudahan. Dan sungguh bersama kesulitan itu kemudahan.”
(Al-lnsyirah: 5-6)

Mestinya tidak ada lagi tersisa kata untuk menyerah dalam hidup. Sebab, janji Allah adalah suatu hal yang pasti. Jelas, bahwa bersama kesulitan tersimpan kemudahan. Dan tidak ada satupun manusia yang hidup di dunia ini kecuali ia akan mengenyam kesulitan beberapa saat. Namun, bukankah tidak selamanya siang itu ada atau malam itu bertahta. Namun, siang akan berganti malam dan malam pun akan disambut oleh siang.

“Dan ketahuilah sesungguhnya kemenangan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesulitan, dan sungguh bersama kesulitan itu bersama kemudahan.”
(Al-Arba’un an-NawawTyyah: 19).




Sampai disini dulu, semoga pelajaran ini berguna bagi kita semua, Amin.
Oiya, segenap hati puisihafidh.blogspot.com mengucapkan.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430H...
Minal Aidin Walfaidzin, Mohon maaf lahir dan batin...

No comments:

Post a Comment

Feel free to express your opinion